TAK
SEINDAH JANJI KITA
Tian tersenyum saat dia melihat
Setya berlari menghampirinya. Setya adalah teman Tian sejak kelas 8, mereka
berteman cukup baik, dan hampir tak pernah bertengkar. Banyak orang mengira
merek adalah pasangan kekasih, karena kemanapun mereka selalu berdua.
Meskipun Tian dan Setya
memiliki pebedaan dalam sisi materi, tapi mereka mau saling mengerti. Tian
adalah anak seorang pengusaha kaya, sedangkan Setya hanyalah anak orang tak
punya. Pernah Setya ingin menjauhi Tian hanya karena perbedaan status mereka,
tetapi Tian berhasil menyadarkan Setya.
Beberapa minggu ini, kedua
sejoli ini bersikap aneh ketika sedang bersama, tatapan Setya terhadap Tian pun
sudah tak sama seperti dulu, mungkin mulai ada perasaan suka dihati Setya.
Sore itu Setya mengajak Tian
pergi ke sebuah taman yang ada di dekat rumah Setya. Tian tampak begitu senang
melihat taman yang sudah di hias oleh Setya tersebut. “Setya, tempat apa ini,?
Bagus banget!” kata Tian dengan masih terkagum-kagum.
“ini taman buat kita, kamu suka
kan?”
“aku suka banget Setya,
makasihh kawan,,”
hampir setiap hari mereka pergi
ke taman tersebut, mereka bercanda, tertawa, dan berbagi cerita di taman itu.
Hingga suatu hari setelah pulang sekolah, mereka langsung pergi ke taman itu. Seperti
biasa mereka selalu bercanda tawa bersama. Tiba-tiba suasana menjadi sangat
sunyi, hingga kicauan burung terdengar sangat jelas.
”Tian, lo dengar gak nyanyian
burung itu,?”
“dengar, emang napha?”
“lo tau gak kenapa burung
berkicau seindah itu?”
“enggak, emang kenapa sih Ya,?”
“karena mereka senang melihat
kita terus bersama!”
“ah elo, gombal mulu!”
“gue serius Tiian, hmmm, akku
mau bilang sesuatu tapi, aku takut ini akan merusak persahabat kita!”
“memangnya apa Ya, kamu bilang
aja kan aku dah berkali-kali bilang, kalau gak ada yang bisa misahin kita!”
Dengan sangat gugup, akhirnya Setya
mau mengungkapkan perasaannya.
“Tian, aku cinta sama kamu!,
maaf jika aku terlalu meminta lebih dari persahabatan ini tapi, maukah kau jadi
pacarku?”
Tian hanya tercengang tak
percaya mendengar ucapan dari sahabatnya itu.
“Kalau kamu gak mau gak apa-apa
kok, yang penting aku bisa tetep sama kamu”
Kata Setya dengan nada sedikit
kecewa.
“aku mau kok Setya, aku juga
cinta sama kamu”
Setya langsung melonjak
kegirangan, ia tak menyangka kalau Tian ternyata juga memiliki perasaan yang
sama dengannya.
Kini hari-hari mereka lalui
dengan penuh suka cita bukan hanya sebagai sahabat lagi tetapi lebih sebagai
sepasang kekasih.
Orang tua Setya bekerja sebagai
penjual nasi goreng dan siang itu Tian memesan nasi goreng buatan ibu Setya, Tian
meminta Setya untuk mengantar pesanan itu kerumahnya. Itu untuk yang pertama
kalinya Setya pergi ke rumah Tian, meskipun mereka sudah berteman cukup lama
tapi belum sekalipun Setya pergi ke rumah Tian. Saat Setya sampai di depan
pintu gerbang rumah Tian, dia sempat ingin menyuruh Tian untuk menemuinya di
sana. Tapi dia tak tega kalau harus merepotkan kekasihnya . akhirnya Setya
memberanikan diri untuk masuk pintu gerbang yang sedikit terbuka. Saorang
satpam tua menghampirinya dan menanyakan keperluan Setya. Setah Setya memberi
tahukan kepada satpam itu bahwa dia inin mengantar pesanan Tian. Satpam itupun
mengantar Setya menuju rumah Tian, disana tampak ayah Tian sedang membaca
Koran. Dengan gugup Setya menyapa ayah Tian, “siang Om, maaf mengganggu saya
disuruh ngantar nasi goreng buat Tian”
Dengan tatapan sangar dia
melihat Setya, dan akhirnya mengzinkannya masuk. Seorang pembantu mengantarnya
menuju kamar Tian. “tokk,tokk,took..” diketuknya pintu kamar Tian.
Tak lama kemudian Tianpun
keluar dengan senyum manis di bibirnya.
“eh,, Setya makasih ya, yank
udah mau nganter nyampek kamar aku,, maaf ya ngerepotin kamu jadinya”
“Ah gak apa-apa kok, aku seneng
bisa ngrasain masuk ke dalam rumah mewah,” :D
“ah,, jangan gitu,, gak
duduk-duduk dulu,,?”
“enggak, makasih ini masih
banyak tugas dirumah”
Tian pun mengantar Tian sampai di depan tangga, diia terus
saja tersenyum senang melihat Setya.
Hari
ini adalah ke 3 bulan mereka pacaran, Tian berencana mengajak Setya pergi ke
pantai.
Mereka pun bertemu di tempat
yang sudah di janjikan. Di pantai itu mereka berlarian dan bersenang-senang
mereka berlarian di pasir dan terus menggelakkan tawa seiring berlalunya waktu.
“aku nggak mau hari seindah ini
berakhir, aku ingin kita tetap bahagia bersama seperti saat ini” kata Setya
sambil menggandeng tangan Tian.
“aku juga Setya, aku ingin kita
tetap bersama”
Setya berniat untuk bertemu keluarga Tian
besok, dia ingin berkenalan dengan orang tua Tian. Setya pun menceritakan Rencananya itu kepada Tian
dan Tian pun menyetujuinya.
Kini senja berganti malam, Tian
pulang dengan perasaan senang.
Tapi itu tak berlangsung lama,
saat Tian masuk ke ruang tamu kedua orang tuanya memandangnya dengan tatapan
tak suka. “mama, papa, ada apa sih,,?” Tanya Tian.
“Dasar anak gakntau malu, kamu
tadi di pantai sama siapa,jawab pertanyaan papa?” Tanya ayah Tian dengan
sedikit membentak.
“Setya pa,” jawab Tian dengan
nada ketakutan.
“Setya anak penjual nasi itu? “
“I,,I,,ya Pha..!”
“Sejak kapan kamu pacaran
dengannya,?”
“tiga bulan lalu pha”
“siapa yang ngebolehin kamu
pacaran sama orang misin kayak gitu hah,? papa bisa carikan cowok pilihan buat
kamu, yang gak miskin kayak anak itu” bentak ayah Tian dengan emosi memuncak.
Tian tersentak kaget mendengar
ucapan ayahnya.
“tapii Pha, Tian cinta sama Setya,”
“gak ada kata cinta-cinta
apalah itu, mulai besok kamu harus akhiri hubungan mu dengan anak penjual nasi
itu”
Tian pun berlari menuju
kamarnya, dia menanis sejadi-jadinya, dia sangat kecewa dengan ayahnya.
Dia tak menyangka ayahnya akan
berkata seperti itu. Kini dia bingung harus berbuat apa.
Keesokan harinya tiba-tiba Setya
sudah sampai di depan rumah Tian. Dia pun menyapa ayah Tian yang sedang
bersantai di depan rumah. “siang Om,” sapa Setya dengan senyum ramah di
bibirnya.
“mau apa kamu kesini?”
“saya ingin bertemu Tian om,”
“Tiannya gak ada, sudah pergi
sana kamu,!”
“tapi om,,”
“gak ada tapi-tapian , pergi
atau aku suruh satpam buat nyeret kamu”
“baik om, maaf jika saya mengganggu”
Dengan hati kecewa, Setya pergi
meninggalkan rumah Tian. Tian yang mengetahui itu diam-diam keluar mengikuti Setya
hingga sampailah mereka di taman. “Setya” panggil Tian, Setya pun menoleh. Tian
berlari menghampiri Setya dan memeluk tubuh Setya sambil menangis.
Tian pun menceritakan semua
yang terjadi. Setya mencoba menahan air matanya, ia mencoba menenangkan Tian
yang terus saja menangis. “jangan pergi Setya, maafin Papa ku”
“aku gak akan pergi Tian
sayank, kamu kan pernah bilang, gak ada yang bisa pisahin kita!”
“Iya Setya, kamu benar”
Setelah peristiwa itu Tian dan Setya
tetap menjalin hubungan meski dengan sembunyi-sembunyi. Mereka selalu bertemu
di taman faforit mereka, entah itu pagi, siang, ataupun malam. Mereka selalu
tertawa dan ceria bersama.
“Setya, jika nanti kita menikah
aku ingin menikah disini”
Setya begitu terkejut mendengar
itu, dia pun meneteskan air matanya,
“tentu Tian, tentu,”
Sudah hampir satu bulan mereka
berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Tapi tanpa mereka ketahui mata-mata utusan
ayah Tian mengintai mereka berdua sejak kemarin. Mata-mata itupun melaporkan
apa yang ia lihat. Ayah Tian sangat marah, ketika Tian pulang sebuah tamparan
keras menghantam pipinya.
“dari mana saja kamu, papa
sudah bilang akhiri hubungan kamu dengan lelaki itu” bentak ayah Tian.
“Tian gak mau pa, Tian sayang
sama Setya, Tian gak mau pisah sama Setya pa, Tian gak mau”
Tian tertimpuh di depan kaki
ayahnya, dia menangis dan memohon pada ayahnya dia berharap ayahnya mau
mengerti perasaannya . Tapi ayahnya malah menyeret Tian ke kamarnya dan
menguncinya disana. “papa,, bukain pintunya pa,, Tian mohon pa,”
Tian terus merintih dan
memohon. Tapi tetap saja yang ia lakukan sia-sia. Tiba-tiba terdengar bunyi
pintu kunci dibuka, ternyata itu ibunya, “kamu gak apa-apa nak,?” Tanya ibu Tian.
sebenarnya ibu Tian tak tega
melihat anaknya seperti itu, tapi apa daya, dia pun tak mampu menentang
kehendak suaminya.
“gak apa-apa kok ma, mama
ngerti kan perasaan Tian, Tian sayang ma sama Setya, Tian ga mau pisah sama Setya
ma,”
“iya nak! Mama ngerti, tapi
papamu memang keras kepala, maafin mama ya nak, mama gak bisa bantuin kamu,”
“iya ma, gak apa-apa, Tian
sayang mama!”
lima hari Tian di kurung di
kamar, ia tak pernah mendengar kabar Setya, tapi sore itu tiba-tiba pintu
jendela kamar Tian diketuk oleh seseorang. Tian pun penasaran dan bergegas
membuka jendelanya, dia sangat terkejut setelah tau bahwa yang mengetuk
jendelanya adalah Setya.
“Setya,, bagaimana kamu bisa
masuk,?” tanya Tian penasaran.
“huuz.. gak perlu di bahas,
maaf ya aku baru bisa nengokin kamu sekarang,”
“iya gak apa-apa kok, aku udah
seneng banget bisa ketemu kamu,”
Setelah lima hari terus saja
menangis kini Tian sudah mulai tersenyum dan tertawa kembali melihat tingkah
lucu Setya. Meskipun pertemuan mereka tak lama, tapi itu bisa mengobati
kerinduannya kepada Setya.
Setelah kejadian itu, hampir setiap hari Tian
menunggu Setya di depan jendela kamarnya. Dia selalu berharap Setya akan
menemuinya hari itu, tapi sudah seminggu Setya belum juga menemui Tian. tapi Tian
tetap setia menunggunya di depan pintu jendela kamarnya. Dia sangat berharap Setya
bisa menyelinap masuk ke halaman rumahnya lagi.
Tian tetap menunggu dan
menunggu kedatangan Setya, namun itu semua sia-sia. Kini ia mulai khawatir
dengan keadaan Setya. Dia mulai resah, namun ia tak tau harus bagaimana. Dia
ingin melompat dari pintu jendela kamarnya namun itu terlalu tinggi.
Tapi tiba-tiba terdengar suara Setya
memanggil Tian dari bawah. Dia begitu terkejut tapi disisi lain dia sangat
senang. Langsung saja ia mengambil tali panjang yang biasa digunakan Setya
untuk naik ke kamar Tian. setelah saling berpelukan melepaskan rindu di hati
mereka masing-masing, merekapun
bercerita tentang hari-hari tanpa kebersamaan mereka.
Tian menangis meratapi betapa
pedih dan menyakitkannya kisah cinta mereka.
Tapi malam itu dia begitu
senang bisa merasakan kembali pelukan dari orang yang sangat disayanginya. Ia
berharap malam seperti malam itu tak akan pernah berakhir.
Dua bulan berlalu setelah malam
itu Setya tak pernah lagi pergi menemui Tian. Tian begitu merindukan Setya, dia
pernah berfikir Setya telah pergi untuk cinta lainnya. Tian hanya bisa menangis
dan berharap Setya akan kembali.
“thok thok thok,” terdengar
suara pintu kamar Tian di ketuk oleh seseorang.
“Tian, buka pintunya nak!”
terdenar ibu memanggilnya dari luar kamar.
“iya ma!” Tian pun membukakan
pintu kamarnya.
“Tian, mama punya berita buat
kamu”
Merekapun duduk di kamar Tian.
“berita apa ma?” Tanya Tian penasaran.
“tapi kamu harus janji sama
mama gak akan nangis kalau denger berita ini”.
“ya udah Tian janji, berita
apasih ma?”
“mama dengar hari ini Setya
melangsungkan pernikahannya”
“pernikahan ma?” Tian begitu
terkejut mendengarnya.
“iya pernikahan, yaudah mama
pergi dulu, ada acara penting yang harus mama hadiri”
Dan ibu pun pergi meninggalkan Tian
di kamarnya.
Malam itu Tian terus-terusan
menangis, dia tak menyangka kalau apa yang ia takutkan selama ini akan menjadi
kenyataan.
Dia menangis sambil memaki-maki
Setya. Dan merobek robek foto kenangan mereka.
“kamu jahat Setya,,, kamu
jahaattt” teriak Tian.
Tiga bulan setelah kejadian itu
kini Tian sudah sedikit move on dari Setya. Itu berkat Reno yang selalu
menghiburnya. Reno adalah murid baru, pindahan dari luar kota.
dia adalah teman baik Tian
sejak tiga bulan lalu, mereka saling mengenal dan mulai akrab.
Hari itu Reno mengajak Tian
pergi ke sebuah tempat.
Mereka tertawa bersama di
tempat itu hingga akhirnya Reno menanyakan sesuatu.
“Tian apa kamu masih marah pada
Setya”
“aku tak hanya marah Ren, aku
juga kecewa, dia yang berjanji gak akan ninggalin aku, tapi dia pula yang
mengingkarinya”
“apa kamu yakin kalau Setya
tega ninggalin kamu dengan cara seperti itu?”
“aku yakin Ren, dua bulan ia pergi tanpa kabar
hingga akhirnya ibuku bilang kalau Setya sedang melangsungkan pernikahannya di
hari itu”
“Tian, selama ini kamu salah
menilai Setya, dia gak sejahat itu”
“apa maksud kamu, jelas-jelas Setya
udah ninggalin aku dan pergi dengan cewek lain”
“mungkin sekarang saatnya, kamu
harus tau apa yang terjadi sebenarnya!”
“maksud kamu apa Ren?”
“maaf Tian, aku harus
nyembunyiin ini dari kamu, sebenarnya aku ini sepupunya Setya, dan aku tau apa
yang sebenarnya terjadi pada Setya”
“apa, yang sebenarnya terjadi Ren,
ceritakan Ren, ceritakan!”
“sebenarnya Setya gak menikah
dengan wanita lain, sebenarnya ayahmu pun tak melarang kalian untuk bersama,
tapi itu semua permintaan Setya, Setya yang mengatur semua sandiwara itu”
“apa..? lalu sekarang dimana
setya Ren, dia dimana?”
“dia sudah berada di tempat
yang layak Tian, dia sudah pulang ke tempat tinggalnya untuk selamanya”
“dimana itu Ren, tunjukkan
padaku, dimana itu,,?” Tanya Tian dengan air mata yang berlinang di pipinya.
“di surga Tian, Setya sudah di
surga”
Tian begitu terkejut mendengar
ucapan Reno, ia tidak mengerti dengan apa yang di maksud Reno.
“surga Ren? Apa maksudmu Setya sudah di surga?”
“surga Ren? Apa maksudmu Setya sudah di surga?”
“Setya sudah meninggal Tian,”
Tian sangat terpukul dengan apa yang dikatakan
Reno, dia masih tidak percaya dengan semua ini.
“gak mungkin Ren, gak mungkiin,”
Tian menangis sejadi-jadinya.
“dia menyuruh ayahmu untuk
melakukan semua itu, agar kamu gak curiga kalau suatu saat dia akan pergi
ninggalin kamu. Dan waktu dia gak nemuin kamu selama kamu dikurung di kamar,
itu karena dia sedang menjalankan pengobatan atas kangker darahnya yang sudah
stadium akhir. Dia gak mau kamu tau semua ini, dan saat-saat dia dalam keadaan
kritis, dia memintaku untuk menyampaikan sesuatu kepada ibumu untuk bilang ke
kamu kalau dia udah menikah dengan wanita lain. Dia takut kamu akan sedih jika
tau kenyataannya. Dia benar-benar menyayangimu Tian”
Kini Tian benar-benar menyesal
telah memaki-maki Setya dan membenci Setya. Dia sangat ingin bertemu Setya
untuk yang terakhir kalinya. Namun itu tak mungkin, dunia mereka telah berbeda.
Kini yang bisa Tian lakukan hanyalah menangiisi apa yang telah terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar