New Status
Welcome to my blog. blog amatiran, yang isinya miring dan kurang penting tapi gak bikin gigi kuning kok, kalo udah terlanjur nyasar ke blog ini jangan lupa tinggalin jejak yha_ yaudahlah thanks yhaap

Minggu, 23 Juni 2013

Cerita cinta : Sesalku Tak Berarti

Brukk,!!, sepedaku ambruk dan menimpa mobil di sebelahnya, seketika mukaku pucat setelah tau mobil itu lecet, “aduh, gimana nih? Mobil siapa lagi ni ?” Aku bergumam sendiri sambil menarik sepedaku. Tiba-tiba seorang cowok menghampiri mobil itu, aku sangat takut, tetapi kaki seakan tak bisa bergerak. Saat dia mau menuju kedalam mobil dia sempat tersenyum padaku, aku hanya nyengir membalasnya, akupun berlari menuntun sepedaku agar dia tidak tau mobilnya lecet karenaku. “Eh kenapa tuh cewek lari kebirit-birit,? Kayak abis liat setan aja” cowok itu bergumam sendiri, dia masih belum tau tentang mobilnya yang lecet.

Keesokan harinya, saat jam istirahat aku dan Milan pergi ke kantin untuk membeli makanan, tapi saat kami tiba di depan kantin Aku melihat cowok yang kemarin aku lecetin mobilnya. Akupun menarik tangan Milan menjauhi kantin itu, “kenapa sih lo, Sep,? katanya mau beli bakso kok malah ke toilet?”, gerutu Milan.

“gak jadi deh, tadi gue lihat cowok itu, takut gue”, “cowok,? Siapa sih, Sep? emang kenapa dengan cowok itu?,” Akhirnya Akupun menceritakan semua yang aku alami kemarin kepada Milan, “dasar lo, Sep,! untung dia belum sadar waktu lo melongo disana, ha,ha,ha,!”

Tanpa ku sadari ternyata cowok yang ku maksud mendengar semua pembicaraan gue sama Milan, “Ooh jadi elo yang udah nglecetin mobil gue kemaren,?” seru cowok itu sambil menunjuk sinis kearah gue, “I,,I,ya, maaf ya,? Kan gak sengaja,?” gue jawab sekenannya dengan kaki gemetaran. “ha,? Maaf? Gue udah rugi besar buat benerin mobil gue, jadi lo harus ganti rugi,!”. “berapa sih kerugian lo,? Seratus ribu? Nih,!” akupun merelakan uang seratus ribuku, “menghina gue lo ya,? Asal lo tau, gue rugi lima juta,!” dia melempar uang seratus ribu itu ke mukaku, karena gue kaget, langsung aja gue pingsan. Saat gue bangun gue udah ada di UKS ditemenin Milan dan cowok tadi, “Mil, gue sekarang di mana,?” Tanya ku yang belum sepenuhnya sadar, “Elo di UKS, Sep, lo tadi pingsan dan Tian yang ngangkat lo kesini,” tutur Milan,”Tian,? Siapa itu Mil,?”tanyaku dengan nada penasaran, “gue,” jawab lelaki yang duduk di kursi tunggu UKS, saat mengetahui bahwa Tian adalah cowok itu, guepun pingsan lagi dan akirnya di antar pulang oleh Tian pula. Aku merasa tak enak hati padanya, dan akhirnya aku putuskan untuk bicara denganya besok.

Teng,, teng,, teng,, bel istirahat berbunyi, aku begegas mencari Tian untuk menyelesaikan masalah ini, saat aku melewati taman akirnya aku menemukan Tian, saat aku mau mendekatinya tiba-tiba seorang cewek menghampirinya, mereka terlihat sangat akrab, entah mengapa melihat keakraban mereka aku merasa terganggu, aku merasa tidak suka jika Tian bersama seorang wanita, akupun pergi menjauhinya, tanpa terasa air mata membasahi pipiku, aku tak tau arti semua ini, “aduh, kenapa gue pakek nangis segala sih,? Emang Tian siapa gue,? Buat apa gue tangisin dia,?” Aku mencoba menenangkan diriku sendiri. Saat jam pelajaranpun aku masih teringat tentang kedekatan Tian dan cewek tadi, aku masih penasaran dengan status cewek tadi.

Bel pulang berbunyi, aku berjalan melewati koridor sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, “Septi, gimana, udah enakan pa mau pingsan lagi,?” tanyanya meledek. ternyata itu Tian, aku merasa senang mendengar ucapannya, “ah kamu nih, seneng ya kalau aku pingsan,? Eh gimana, urusan uang ganti ruginya,?” tanyaku sambil nyengir tanpa arti, “ooh itu, udah lupain aja, gak apa-apa kok,!”. “emmm, beneran nih,?” tanpa sadar, karena terlalu senang akupun memegang kedua pundaknya dan memeluknya ,

“eh maaf, gak sengaja” kata ku dengan wajah yang memerah karena malu, “iya sanyank gpp kog” aku sempat kaget mendengar kata itu, Tian pun berlalu meninggalkanku yang masih terpaku dengan ucapannya.

Siang itu aku berencana pergi ke toko buku untuk membeli komik terbaru, ternyata Tian juga ada di sana dia pun menghampiriku. Sungguh baru pertama kali ini aku melihatnya tidak di sekolah dan aku baru menyadari bahwa tian adalah cowok yang sangat manis.

Jantung ini terasa berdetak cepat seolah olah orang lain bisa mendengar detakan jantung ini.

“mau cari komik apa Sep,,?” tian pun mengawali pembicaraan.
“ah,, ini mau cari komik if I were you”
Kamipun berbincang-bincang sambil menelusuri deretan buku-buku di toko itu.
“Tiiaaan”
Sebuah suara cewek membuat kami penasaran dan ingin menoleh.
Aku sangat terkejut saat mengetahui itu adalah cewek yang kemarin aku temui di taman sedang bersama tian. kini aku yakin bahwa cewek itu adalah pacar tian.
“ngapain sih kamu di sini, aku tadi ke rumah kamu, kamunya gak ada katanya kamu ke toko buku, aku susulin aja kemari”

Kata cewek itu sambil menggandeng tangan tian.

“maaf ya aku gak bilang dulu ke kamu kalau aku ke toko buku hari ini”

Entah mengapa aku benar-benar benci melihat mereka bersama. Mungkin aku mulai menyukai tian, appa…!!!?? Suka sama tian,,? Ha,ha,ha, itu gak mungkin.

Aku hanya melihat mereka sambil terus bergumul dengan perasaanku sendiri.

Hampir sebulan berlalu. Aku semakin sering bertemu dengan tian. tapi setiap aku dan tian tengah bersama, cewek itu selalu datang dan mengalihkan perhatian cowok itu dariku. Ya,, aku akui memang aku merasa cemburu. Entah mengapa rasa itu harus tumbuh di hatiku.

Siang itu adalah jam pulang sekolah. Saat aku sedang menyusuri koridor untuk mencari Milan tiba-tiba seseorang menarik tanganku. Aku sangan kaget tapi aku menurut saja, hingga aku sadari orang yang menarik tanganku adalah tian. diapun menyuruhku naik ke montornya dan diapun memboncengku meninggalkan sekolah. Aku tak tau pasti dia mau memngajakku kemana yang pasti arahnya berlawanan dengan jalan pulang ke rumahku. Hingga tibalah kami di padang rumput yang luas. Aku belum pernah pergi ke tempat ini, dan aku pun tak tau apa tujuan tian membawaku kemari. Diapun menyuruhku turun dan menarikku ke tengah tengah hamparan ilalang itu. Hari itu memang hampir sore dan pemandangan indah dapat ku nikmati disana.


Tiba-tiba tian memandang lekat mataku seakan ada yang ia mau.


“septi, kamu tau nggak kenapa aku ngajak kamu kesini?”


Tanya tian sambil terus menatap dalam mataku, aku hanya menjawab pertanyaanya dengan menggelengkan kepala.


“aku pengen bilang ke kamu, aku sebenarnya udah suka sama kamu dari dulu”


Aku sangat terkejut mendengar ucapannya itu, tapi disisi lain aku juga menyukainya.


“septi, kamu mau kan jadi pacarku?”


Aku benar-benar tak menyangka, dan seakan-akan aku tak bisa berbuat apa-apa


“septi, aku mohon jawab pertanyaanku”


Belum sempat aku menjawabnya, tiba-tiba suara ponsel tian berbunyi.


Dan kedengarannya itu adalah telfon dari cewek itu, akupun mulai kesal kepada tian, dan akupun pergi meninggalkannya sendiri disana.


“septi,,,,” berkali kali aku mendengar tian memanggilku tapi aku tak menghiraukannya.


Keesokan harinya saat jam pulang sekolah tian menemuiku di kelas.


“septi, maafin aku ya atas kejadian kemarin,? Aku bener-bener menyesal”


“gak apa-apa kok aku ngerti”


dengan senyum kecut aku berlalu ninggalin tian. Dan tianpun berlari mengejarku.


“septi, aku minta maaf,”


“gak ada yang perlu dimaafin kok”


“aku pengen bicara lagi sama kamu, aku mohon kamu akan datang ke tempat kemarin, aku mohon!”


“ya”


Hanya jawaban singkat itulah yang aku berikan, dan aku berlalu meninggalkannya.


Dan sore itupun aku menuruti permintaan tian untuk datang ke tempat kemarin.


Hingga akupun tiba disana, mataku terus menjelajahi setiap sudut ilalang namun tak kutemui tian disana. Akupun memutuskan untuk menunggunya disana. Sudah hampir 3 jam aku menunggunya. Hingga aku menerima pesan darinya yang isinya,






Septi maaf ya aku gak bisa nemuin kamu hari ini, maaf banget. Helen harus cuci darah hari ini, dan aku harus nemenin dia, maaf banget ya.






Aku sangat kecewa setelah membaca pesan itu, lagi-lagi tian lebih memperhatikan cewek itu ketimbang aku.


Akupun menangis di tempat itu, aku benar-benar kecewa kepadanya.


“aku benci kamu tiiiiaaan.. aku gak mau lagi ketemu kamu..!”


Aku berteriak sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa kesal di hati ini.


Akupun pulang kerumah. Dan keesokan harinya disekolah tian memohon mohon padaku untuk menemuinya di tempat kemarin.


Entah mengapa sore itupun aku pergi ke tempat itu. Aku berharap tian tak akan mengecewakanku hari ini.


Namun berjam-jam aku menunggu dan terus menunggu belum juga tian datang kesini. Akupun lelah menunggu, dan akhirnya aku putuskan untuk pulang saja.


Sesampainya di rumah akupun langsung menuju ke kamar dan menangis sambil memeluk boneka kesayanganku. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata itu telfon dari tian. Akupun mengabaikannya berkali-kali dia menelfonku dan aku tetap mengabaikannya. Hingga akhirnya aku berniat untuk mengangkatnya, dengan sangat kesal aku berteriak di telfon itu


“AKUU BENCII KAMUU TIIAN”


Dengan samar-samar aku dapat mendengar tian berusaha bicara dan mengatakan.


“Aku Sayang Kamu Septi”


Dan telfon pun terputus. Ada sedikit keanehan yang aku rasakan, suara tian tak seperti biasa saat itu. Tapi akupun tak memperdulikannya. Tepat jam 7 malam ponselku kembali berbunyi. Dan itu adalah telfon dari tian. akupun mengangkatnya dan aku tetap mengucapkan kata yang sama


“Aku bencii kamu tian”


Namun aku sangat kaget ketika yang menjawabnya adalah seorang wanita.


“maaf mbak, saya adeknya kak tian, kak tian meninggal dalam kecelakaan sore tadi”


“ha,ha,ha, kamu ini bercanda ya?”


Telfonpun mati, aku masih tidak percaya dengan yang dikatakan orang itu.


Mana mungkin tian meninggal, dia baru saja menolfonku dan berkata dia menyayangiku. Ahh mungkin ini hanya lelucon.


Aku terus saja bergumul dengan pikiranku sendiri. Hingga akupun merasa resah dan akhirnya aku putuskan untuk pergi kerumahnya.


Betapa kagetnya aku saat ku tau bendera kuning berkibar di rumahnya akupun masuk dan ku lihat tian telah terbujur kaku tak bernyawa. Aku hanya bisa menangis menangis dan menangis disamping jasadnya. Adik dan ibu tian mencoba menenangkan ku hingga akhirnya akupun pingsan.


Pagi itu aku sangat sulit untuk membuka mata. Ku lihat jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Akupun mencari ponselku dan aku baru sadar tentang kejadian kemarin. Aku mencoba menanyakan pada mama, namun jawaban mama


“tian udah pergi sayang, dia udah tenang di alam sana, kamu tadi malam pingsan dan keluarga tian yang mengantarmu pulang”


Air mata ini kembali menetes, aku sungguh tak bisa mempercayainya.


Hingga aku tersadar tentang padang rumput itu. “yah padang rumput, pasti tian sedang menungguku disana, yah tian menungguku disana, aku yakin itu, aku harus kesana”


Pikirku dalam hati, akupun bergegas pergi kesana.


Setibanya disana aku sangat kagum dengan banyaknya kunang kunang disana, hingga aku memandang pohon yang diterangi kunang kunang terlihat samar, dipohon itu ada sebuah tulisan. Akupun mendekatinya dan meneranginya menggunakan ponselku. Benar saja, di pohon itu memang ada tulisan yang membuatku sangat menyesal telah berkata sejahat itu kepada tian. dipohon itu tertulis AKU SAYANG SEPTI. Air mata ini terus mengalir. Akupun berteriak memanggil nama tian, tian dan tian.


Namun apa daya, tian tak mungkin kembali. kini aku hanya bisa menyesalinya dan menangis di tempat itu, berharap keajaiban akan terjadi dan aku akan mengatakan bahwa aku SANGAT SANGAT DAN SANGAT MENCINTAI TIAN.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar