HILANG BERSAMA
SENJA
“hey, kok bengong sich,,? Inii bukunya,,!” sambil menyerahkan buku itu “eh,, ah, iya makasih banget ya,,?” Septi tersenyum gemas melihat wajah manis cowok itu. Hingga disepanjang jalan menuju rumahnya Septi tetap senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi.
Pagi itu seperti biasa saat menuju ke kelasnya Septi harus melalui koridor, dan seperti biasa pula Septi selalu diejek dan dihina oleh anak-anak yang duduk di pinggir koridor itu. Septi mencoba untuk mengabaikan semua suara itu, tapi tiba-tiba ada anak yang melemparinya es krim dan berteriak “Wah,, pass tuhh kena si culunn,” semua anak disana menertawakan Septi, kini septi tak bisa lagi membendung air matanya, dia pun berlari ke kamar mandi, tetapi “BRUKKK,,,,,,” Septi menabrak seseorang, dia tidak mengetahui siapa yang ditabraknya, dia hanya mengucapkan maaf, maaf, dan maaf hingga septi pun akhirnya melihat orang yang ditabraknya, dia amat terkejut setelah mengetahui orang yang ditabraknya adalah cowok yang membantunya mengambil buku di perpus kemarin, “Lhoh,, kamu,,! Maaf ya tadi gak sengaja!” kata septi sambil mengusap air matanya. “ ia gak apa-apa kok !” jawab cowok itu sambil membantu septi berdiri. “aduh,, maaf banget ya, udah ngrepotin kamu lagi,?” “ah udahlah gak papa, tapi kenapa kamu tadi nangis,?” Tanya cowok itu sambil menatap wajah Septi yang tertunduk, “nggggakk apa-apa kok!” septi mencoba menyembunyikan tangisannya. “eh iya ,, kenalin nama ku Julian !” kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya “aku Septi” jawab septi singkat. “kamu serita ke aku aja, apa masalah kamu hingga kamu nangis,?” septi pun menceritakan semuanya, hingga tak ia sadari air matanya menetes tanpa henti. Tiba-tiba Julian memeluk tubuh septi, septi begitu terkejut tetapi dia juga sangat senang ada yang mau mendengarkan curahan hatinya.
Hari demi hari berlalu, kini Julian dan septi semakin akrab. Julian pun kini merubah penampilan septi dari yang begitu culun menjadi sangat cantik. Berkat Julian pula kini septi menjadi banyak teman. Sore itu Julian dan septi pergi ke toko buku bersama, saat sedang asyik memilih-milih buku tiba-tiba septi jatuh pingsan. Julian amat panic dan akhirnya Julian membawa septi ke rumah sakit terdekat. Setelah dokter memeriksa keadaan septi, Julian akhirnya diizinkan masuk ke ruangan “bagaimana dok, keadaan teman saya?” Tanya Julian dengan penasaran. Sebaiknya nak septi harus lebih di perhatikan lagi karena,,” belum selesai dokter itu bicara septi sudah memotongnya, “ah karena aku terlalu kecapekan,, iya kan dok,,? Yukk An,, kita pulang!” Septi dan julianpun meninggalkan rumah sakit itu. Julian kini curiga, seperti ada yang disembunyikan septi darinya.
Semakin hari septi semakin tampak ceria tetapi di dia selalu tampak aneh di tengah-tengah setiap tawanya, seakan-akan dia sedang menahan sakit yang amat sangat menyiksanya. Hingga sore itu Julian berencana mengajak septi pergi ke pantai untuk melihat sunset. Sambil menunggu menit-menit terbenamnya matahari, Julian menyanyikan lagu{ungu= laguku} yang benar-benar ia nyanyikan dari hatinya untuk septi. Senar gitarpun dipetiknya seiring suara nyanyian dari bibirnya,,
Mungkinkah kau tau,,
Rasa cinta yang kini membara,,
Yang masih tersimpan dalam lubuk jiwa,,
Ingin ku nyatakan,,
Lewat kata yang mesra untukmu..
Namun ku tak kuasa..
Untuk melakukannya,,
(tiba-tiba septi bersandar di pundak Julian)
Mungkin hanya lewat lagu ini,,
Akan ku nyatakan rasa..
Cintaku padamu,,
Rinduku padamu,,
Tak bertepii,,
(terdengar samar suara septi menangis di pundak Julian )
Mungkin hanya sebuah lagu ini,,
Yang slalu akan ku nyanyikan,,
Sebagai tanda,,
Betapa aku inginkan kamu..
“Septi, di detik-detik terbenamnya matahari ini aku ingin jujur padamu, aku ingin mengakui aku sangat mencintaimu sejak pertama kita bertemu, entah mengapa aku selalu tenang berada di sisimu, dan kini aku yakin, kaulah cinta yang selama ini kucari. Septi maukah kau jadi pacarku,?” Julian memegang tangan septi, terdengar makin jelas suara septi menangis di pundak Julian “Aku juga mencintaimu Julian, aku mau jadi pacarmu” jawab septi dengan nada lemah dan suara tangisannya makin jelas “I LOVE YOU SEPTI” Julian membelai rambut septi yang bersandar di pundaknya “LOVE YOU TOO LIAN” jawab septi.
Kini matahari sudah
benar-benar tenggelam, setelah septi mengucapkan kata love you too kepada
Julian, Julian merasakan badan septi melemas dan mulai dingin, saat dia mencoba
memandang septi ternyata septi sudah memejamkan matanya. “septi,, bangun
sayank,, ayo kita pulang,” setelah sekian lama Julian mencoba membangunkan
septi, akhirnya Julian pun sadar bahwa raga septi sudah tak bernyawa lagi.
Julian berteriak sejadi jadinya dan mencoba membawa septi ke RS terdekat,
hingga dokter meyakinkan Julian bahwa septi sudah tiada, dokterpun menemukan
selipat kertas di tangan septi dan menyerahkannya pada Julian. Dengan hati tak
karuan Julian mencoba tegar membaca surat itu.
Terimakasih atas semua pelajaran dan perhatian yang kau berikan untukku,, hingga akhirnya aku bisa mendapatkan hari-hari terakhir dalam hidupku dengan keindahan dan senyuman.
Julian,,
Maafkan aku karna telah banyak menyusahkanmu, dan maaf aku tak berterus terang padamu tentang penyakitku ini, aku tak ingin kamu mengkhawatirkanku, dan aku ingin semua berjalan menurut alurnya.
Julian,,
Maaf aku harus jujur dan maaf jika kejujuranku ini kau ketahui setelah aku tak lagi di bumi ini bersamamu. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku sangat mengagumimu bahkan aku sangat mencintaimu lebih dari seorang sahabat, taoi kini dunia kita tlah beda, aku ingin kau tetap bahagia di bumii ini meski tanpaku, kejarlah cintamu yang lebih indah dariku, dan aku mohon jangan kau teteskan walau hanya setetes air mata dan kesedihan atas kepergianku. Aku ingin kau yakin bahwa aku tetap di sini bersamamu, meski tak dapat menemani ragamu, tapi aku kan tetap bersama jiwamu.
I LOVE YOU
By: SEPTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar