Minggu, 23 Juni 2013

Cerita cinta : TAK SEINDAH JANJI KITA



TAK SEINDAH JANJI KITA
Tian tersenyum saat dia melihat Setya berlari menghampirinya. Setya adalah teman Tian sejak kelas 8, mereka berteman cukup baik, dan hampir tak pernah bertengkar. Banyak orang mengira merek adalah pasangan kekasih, karena kemanapun mereka selalu berdua.
Meskipun Tian dan Setya memiliki pebedaan dalam sisi materi, tapi mereka mau saling mengerti. Tian adalah anak seorang pengusaha kaya, sedangkan Setya hanyalah anak orang tak punya. Pernah Setya ingin menjauhi Tian hanya karena perbedaan status mereka, tetapi Tian berhasil menyadarkan Setya.
Beberapa minggu ini, kedua sejoli ini bersikap aneh ketika sedang bersama, tatapan Setya terhadap Tian pun sudah tak sama seperti dulu, mungkin mulai ada perasaan suka dihati Setya.
Sore itu Setya mengajak Tian pergi ke sebuah taman yang ada di dekat rumah Setya. Tian tampak begitu senang melihat taman yang sudah di hias oleh Setya tersebut. “Setya, tempat apa ini,? Bagus banget!” kata Tian dengan masih terkagum-kagum.
“ini taman buat kita, kamu suka kan?”
“aku suka banget Setya, makasihh kawan,,”
hampir setiap hari mereka pergi ke taman tersebut, mereka bercanda, tertawa, dan berbagi cerita di taman itu. Hingga suatu hari setelah pulang sekolah, mereka langsung pergi ke taman itu. Seperti biasa mereka selalu bercanda tawa bersama. Tiba-tiba suasana menjadi sangat sunyi, hingga kicauan burung terdengar sangat jelas.

”Tian, lo dengar gak nyanyian burung itu,?”
“dengar, emang napha?”
“lo tau gak kenapa burung berkicau seindah itu?”
“enggak, emang kenapa sih Ya,?”
“karena mereka senang melihat kita terus bersama!”
“ah elo, gombal mulu!”
“gue serius Tiian, hmmm, akku mau bilang sesuatu tapi, aku takut ini akan merusak persahabat kita!”
“memangnya apa Ya, kamu bilang aja kan aku dah berkali-kali bilang, kalau gak ada yang bisa misahin kita!”
Dengan sangat gugup, akhirnya Setya mau mengungkapkan perasaannya.
“Tian, aku cinta sama kamu!, maaf jika aku terlalu meminta lebih dari persahabatan ini tapi, maukah kau jadi pacarku?”
Tian hanya tercengang tak percaya mendengar ucapan dari sahabatnya itu.
“Kalau kamu gak mau gak apa-apa kok, yang penting aku bisa tetep sama kamu”
Kata Setya dengan nada sedikit kecewa.
“aku mau kok Setya, aku juga cinta sama kamu”
Setya langsung melonjak kegirangan, ia tak menyangka kalau Tian ternyata juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Kini hari-hari mereka lalui dengan penuh suka cita bukan hanya sebagai sahabat lagi tetapi lebih sebagai sepasang kekasih.
Orang tua Setya bekerja sebagai penjual nasi goreng dan siang itu Tian memesan nasi goreng buatan ibu Setya, Tian meminta Setya untuk mengantar pesanan itu kerumahnya. Itu untuk yang pertama kalinya Setya pergi ke rumah Tian, meskipun mereka sudah berteman cukup lama tapi belum sekalipun Setya pergi ke rumah Tian. Saat Setya sampai di depan pintu gerbang rumah Tian, dia sempat ingin menyuruh Tian untuk menemuinya di sana. Tapi dia tak tega kalau harus merepotkan kekasihnya . akhirnya Setya memberanikan diri untuk masuk pintu gerbang yang sedikit terbuka. Saorang satpam tua menghampirinya dan menanyakan keperluan Setya. Setah Setya memberi tahukan kepada satpam itu bahwa dia inin mengantar pesanan Tian. Satpam itupun mengantar Setya menuju rumah Tian, disana tampak ayah Tian sedang membaca Koran. Dengan gugup Setya menyapa ayah Tian, “siang Om, maaf mengganggu saya disuruh ngantar nasi goreng buat Tian”
Dengan tatapan sangar dia melihat Setya, dan akhirnya mengzinkannya masuk. Seorang pembantu mengantarnya menuju kamar Tian. “tokk,tokk,took..” diketuknya pintu kamar Tian.
Tak lama kemudian Tianpun keluar dengan senyum manis di bibirnya.
“eh,, Setya makasih ya, yank udah mau nganter nyampek kamar aku,, maaf ya ngerepotin kamu jadinya”
“Ah gak apa-apa kok, aku seneng bisa ngrasain masuk ke dalam rumah mewah,” :D
“ah,, jangan gitu,, gak duduk-duduk dulu,,?”
“enggak, makasih ini masih banyak tugas dirumah”
Tian pun mengantar Tian sampai di depan tangga, diia terus saja tersenyum senang melihat Setya.
   Hari ini adalah ke 3 bulan mereka pacaran, Tian berencana mengajak Setya pergi ke pantai.
Mereka pun bertemu di tempat yang sudah di janjikan. Di pantai itu mereka berlarian dan bersenang-senang mereka berlarian di pasir dan terus menggelakkan tawa seiring berlalunya waktu.
“aku nggak mau hari seindah ini berakhir, aku ingin kita tetap bahagia bersama seperti saat ini” kata Setya sambil menggandeng tangan Tian.
“aku juga Setya, aku ingin kita tetap bersama”
 Setya berniat untuk bertemu keluarga Tian besok, dia ingin berkenalan dengan orang tua Tian. Setya  pun menceritakan Rencananya itu kepada Tian dan Tian pun menyetujuinya.
Kini senja berganti malam, Tian pulang dengan perasaan senang.
Tapi itu tak berlangsung lama, saat Tian masuk ke ruang tamu kedua orang tuanya memandangnya dengan tatapan tak suka. “mama, papa, ada apa sih,,?” Tanya Tian.
“Dasar anak gakntau malu, kamu tadi di pantai sama siapa,jawab pertanyaan papa?” Tanya ayah Tian dengan sedikit membentak.
“Setya pa,” jawab Tian dengan nada ketakutan.
“Setya anak penjual nasi itu? “
“I,,I,,ya Pha..!”
“Sejak kapan kamu pacaran dengannya,?”
“tiga bulan lalu pha”
“siapa yang ngebolehin kamu pacaran sama orang misin kayak gitu hah,? papa bisa carikan cowok pilihan buat kamu, yang gak miskin kayak anak itu” bentak ayah Tian dengan emosi memuncak.
Tian tersentak kaget mendengar ucapan ayahnya.
“tapii Pha, Tian cinta sama Setya,”
“gak ada kata cinta-cinta apalah itu, mulai besok kamu harus akhiri hubungan mu dengan anak penjual nasi itu”
Tian pun berlari menuju kamarnya, dia menanis sejadi-jadinya, dia sangat kecewa dengan ayahnya.

Dia tak menyangka ayahnya akan berkata seperti itu. Kini dia bingung harus berbuat apa.
Keesokan harinya tiba-tiba Setya sudah sampai di depan rumah Tian. Dia pun menyapa ayah Tian yang sedang bersantai di depan rumah. “siang Om,” sapa Setya dengan senyum ramah di bibirnya.
“mau apa kamu kesini?”
“saya ingin bertemu Tian om,”
“Tiannya gak ada, sudah pergi sana kamu,!”
“tapi om,,”
“gak ada tapi-tapian , pergi atau aku suruh satpam buat nyeret kamu”
“baik om, maaf jika saya mengganggu”
Dengan hati kecewa, Setya pergi meninggalkan rumah Tian. Tian yang mengetahui itu diam-diam keluar mengikuti Setya hingga sampailah mereka di taman. “Setya” panggil Tian, Setya pun menoleh. Tian berlari menghampiri Setya dan memeluk tubuh Setya sambil menangis.
 
 Tian pun menceritakan semua yang terjadi. Setya mencoba menahan air matanya, ia mencoba menenangkan Tian yang terus saja menangis. “jangan pergi Setya, maafin Papa ku”
“aku gak akan pergi Tian sayank, kamu kan pernah bilang, gak ada yang bisa pisahin kita!”
“Iya Setya, kamu benar”
Setelah peristiwa itu Tian dan Setya tetap menjalin hubungan meski dengan sembunyi-sembunyi. Mereka selalu bertemu di taman faforit mereka, entah itu pagi, siang, ataupun malam. Mereka selalu tertawa dan ceria bersama.

“Setya, jika nanti kita menikah aku ingin menikah disini”
Setya begitu terkejut mendengar itu, dia pun meneteskan air matanya,
“tentu Tian, tentu,”
Sudah hampir satu bulan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Tapi tanpa mereka ketahui mata-mata utusan ayah Tian mengintai mereka berdua sejak kemarin. Mata-mata itupun melaporkan apa yang ia lihat. Ayah Tian sangat marah, ketika Tian pulang sebuah tamparan keras menghantam pipinya.
“dari mana saja kamu, papa sudah bilang akhiri hubungan kamu dengan lelaki itu” bentak ayah Tian.
“Tian gak mau pa, Tian sayang sama Setya, Tian gak mau pisah sama Setya pa, Tian gak mau”
Tian tertimpuh di depan kaki ayahnya, dia menangis dan memohon pada ayahnya dia berharap ayahnya mau mengerti perasaannya . Tapi ayahnya malah menyeret Tian ke kamarnya dan menguncinya disana. “papa,, bukain pintunya pa,, Tian mohon pa,”
Tian terus merintih dan memohon. Tapi tetap saja yang ia lakukan sia-sia. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu kunci dibuka, ternyata itu ibunya, “kamu gak apa-apa nak,?” Tanya ibu Tian.
sebenarnya ibu Tian tak tega melihat anaknya seperti itu, tapi apa daya, dia pun tak mampu menentang kehendak suaminya.
“gak apa-apa kok ma, mama ngerti kan perasaan Tian, Tian sayang ma sama Setya, Tian ga mau pisah sama Setya ma,”
“iya nak! Mama ngerti, tapi papamu memang keras kepala, maafin mama ya nak, mama gak bisa bantuin kamu,”
“iya ma, gak apa-apa, Tian sayang mama!”
lima hari Tian di kurung di kamar, ia tak pernah mendengar kabar Setya, tapi sore itu tiba-tiba pintu jendela kamar Tian diketuk oleh seseorang. Tian pun penasaran dan bergegas membuka jendelanya, dia sangat terkejut setelah tau bahwa yang mengetuk jendelanya adalah Setya.
“Setya,, bagaimana kamu bisa masuk,?” tanya Tian penasaran.
“huuz.. gak perlu di bahas, maaf ya aku baru bisa nengokin kamu sekarang,”
“iya gak apa-apa kok, aku udah seneng banget bisa ketemu kamu,”

Setelah lima hari terus saja menangis kini Tian sudah mulai tersenyum dan tertawa kembali melihat tingkah lucu Setya. Meskipun pertemuan mereka tak lama, tapi itu bisa mengobati kerinduannya kepada Setya.


 Setelah kejadian itu, hampir setiap hari Tian menunggu Setya di depan jendela kamarnya. Dia selalu berharap Setya akan menemuinya hari itu, tapi sudah seminggu Setya belum juga menemui Tian. tapi Tian tetap setia menunggunya di depan pintu jendela kamarnya. Dia sangat berharap Setya bisa menyelinap masuk ke halaman rumahnya lagi.

Tian tetap menunggu dan menunggu kedatangan Setya, namun itu semua sia-sia. Kini ia mulai khawatir dengan keadaan Setya. Dia mulai resah, namun ia tak tau harus bagaimana. Dia ingin melompat dari pintu jendela kamarnya namun itu terlalu tinggi.
Tapi tiba-tiba terdengar suara Setya memanggil Tian dari bawah. Dia begitu terkejut tapi disisi lain dia sangat senang. Langsung saja ia mengambil tali panjang yang biasa digunakan Setya untuk naik ke kamar Tian. setelah saling berpelukan melepaskan rindu di hati mereka masing-masing,  merekapun bercerita tentang hari-hari tanpa kebersamaan mereka.
Tian menangis meratapi betapa pedih dan menyakitkannya kisah cinta mereka.

Tapi malam itu dia begitu senang bisa merasakan kembali pelukan dari orang yang sangat disayanginya. Ia berharap malam seperti malam itu tak akan pernah berakhir.
Dua bulan berlalu setelah malam itu Setya tak pernah lagi pergi menemui Tian. Tian begitu merindukan Setya, dia pernah berfikir Setya telah pergi untuk cinta lainnya. Tian hanya bisa menangis dan berharap Setya akan kembali.
“thok thok thok,” terdengar suara pintu kamar Tian di ketuk oleh seseorang. 
“Tian, buka pintunya nak!” terdenar ibu memanggilnya dari luar kamar.
“iya ma!” Tian pun membukakan pintu kamarnya.
“Tian, mama punya berita buat kamu”
Merekapun duduk di kamar Tian. “berita apa ma?” Tanya Tian penasaran.
“tapi kamu harus janji sama mama gak akan nangis kalau denger berita ini”.
“ya udah Tian janji, berita apasih ma?”
“mama dengar hari ini Setya melangsungkan pernikahannya”
“pernikahan ma?” Tian begitu terkejut mendengarnya.
“iya pernikahan, yaudah mama pergi dulu, ada acara penting yang harus mama hadiri”
Dan ibu pun pergi meninggalkan Tian di kamarnya.
Malam itu Tian terus-terusan menangis, dia tak menyangka kalau apa yang ia takutkan selama ini akan menjadi kenyataan.
Dia menangis sambil memaki-maki Setya. Dan merobek robek foto kenangan mereka.
“kamu jahat Setya,,, kamu jahaattt” teriak Tian.
Tiga bulan setelah kejadian itu kini Tian sudah sedikit move on dari Setya. Itu berkat Reno yang selalu menghiburnya. Reno adalah murid baru, pindahan dari luar kota.
dia adalah teman baik Tian sejak tiga bulan lalu, mereka saling mengenal dan mulai akrab.
Hari itu Reno mengajak Tian pergi ke sebuah tempat.

Mereka tertawa bersama di tempat itu hingga akhirnya Reno menanyakan sesuatu.
“Tian apa kamu masih marah pada Setya”
“aku tak hanya marah Ren, aku juga kecewa, dia yang berjanji gak akan ninggalin aku, tapi dia pula yang mengingkarinya”
“apa kamu yakin kalau Setya tega ninggalin kamu dengan cara seperti itu?”
“aku  yakin Ren, dua bulan ia pergi tanpa kabar hingga akhirnya ibuku bilang kalau Setya sedang melangsungkan pernikahannya di hari itu”
“Tian, selama ini kamu salah menilai Setya, dia gak sejahat itu”
“apa maksud kamu, jelas-jelas Setya udah ninggalin aku dan pergi dengan cewek lain”
“mungkin sekarang saatnya, kamu harus tau apa yang terjadi sebenarnya!”
“maksud kamu apa Ren?”
“maaf Tian, aku harus nyembunyiin ini dari kamu, sebenarnya aku ini sepupunya Setya, dan aku tau apa yang sebenarnya terjadi pada Setya”
“apa, yang sebenarnya terjadi Ren, ceritakan Ren, ceritakan!”
“sebenarnya Setya gak menikah dengan wanita lain, sebenarnya ayahmu pun tak melarang kalian untuk bersama, tapi itu semua permintaan Setya, Setya yang mengatur semua sandiwara itu”
“apa..? lalu sekarang dimana setya Ren, dia dimana?”
“dia sudah berada di tempat yang layak Tian, dia sudah pulang ke tempat tinggalnya untuk selamanya”
“dimana itu Ren, tunjukkan padaku, dimana itu,,?” Tanya Tian dengan air mata yang berlinang di pipinya.
“di surga Tian, Setya sudah di surga”
Tian begitu terkejut mendengar ucapan Reno, ia tidak mengerti dengan apa yang di maksud Reno.
“surga Ren? Apa maksudmu Setya sudah di surga?”
“Setya sudah meninggal Tian,”
 Tian sangat terpukul dengan apa yang dikatakan Reno, dia masih tidak percaya dengan semua ini.
 “gak mungkin Ren, gak mungkiin,”
Tian menangis sejadi-jadinya.
“dia menyuruh ayahmu untuk melakukan semua itu, agar kamu gak curiga kalau suatu saat dia akan pergi ninggalin kamu. Dan waktu dia gak nemuin kamu selama kamu dikurung di kamar, itu karena dia sedang menjalankan pengobatan atas kangker darahnya yang sudah stadium akhir. Dia gak mau kamu tau semua ini, dan saat-saat dia dalam keadaan kritis, dia memintaku untuk menyampaikan sesuatu kepada ibumu untuk bilang ke kamu kalau dia udah menikah dengan wanita lain. Dia takut kamu akan sedih jika tau kenyataannya. Dia benar-benar menyayangimu Tian”
Kini Tian benar-benar menyesal telah memaki-maki Setya dan membenci Setya. Dia sangat ingin bertemu Setya untuk yang terakhir kalinya. Namun itu tak mungkin, dunia mereka telah berbeda. Kini yang bisa Tian lakukan hanyalah menangiisi apa yang telah terjadi.

Cerita cinta : Sesalku Tak Berarti

Brukk,!!, sepedaku ambruk dan menimpa mobil di sebelahnya, seketika mukaku pucat setelah tau mobil itu lecet, “aduh, gimana nih? Mobil siapa lagi ni ?” Aku bergumam sendiri sambil menarik sepedaku. Tiba-tiba seorang cowok menghampiri mobil itu, aku sangat takut, tetapi kaki seakan tak bisa bergerak. Saat dia mau menuju kedalam mobil dia sempat tersenyum padaku, aku hanya nyengir membalasnya, akupun berlari menuntun sepedaku agar dia tidak tau mobilnya lecet karenaku. “Eh kenapa tuh cewek lari kebirit-birit,? Kayak abis liat setan aja” cowok itu bergumam sendiri, dia masih belum tau tentang mobilnya yang lecet.

Keesokan harinya, saat jam istirahat aku dan Milan pergi ke kantin untuk membeli makanan, tapi saat kami tiba di depan kantin Aku melihat cowok yang kemarin aku lecetin mobilnya. Akupun menarik tangan Milan menjauhi kantin itu, “kenapa sih lo, Sep,? katanya mau beli bakso kok malah ke toilet?”, gerutu Milan.

“gak jadi deh, tadi gue lihat cowok itu, takut gue”, “cowok,? Siapa sih, Sep? emang kenapa dengan cowok itu?,” Akhirnya Akupun menceritakan semua yang aku alami kemarin kepada Milan, “dasar lo, Sep,! untung dia belum sadar waktu lo melongo disana, ha,ha,ha,!”

Tanpa ku sadari ternyata cowok yang ku maksud mendengar semua pembicaraan gue sama Milan, “Ooh jadi elo yang udah nglecetin mobil gue kemaren,?” seru cowok itu sambil menunjuk sinis kearah gue, “I,,I,ya, maaf ya,? Kan gak sengaja,?” gue jawab sekenannya dengan kaki gemetaran. “ha,? Maaf? Gue udah rugi besar buat benerin mobil gue, jadi lo harus ganti rugi,!”. “berapa sih kerugian lo,? Seratus ribu? Nih,!” akupun merelakan uang seratus ribuku, “menghina gue lo ya,? Asal lo tau, gue rugi lima juta,!” dia melempar uang seratus ribu itu ke mukaku, karena gue kaget, langsung aja gue pingsan. Saat gue bangun gue udah ada di UKS ditemenin Milan dan cowok tadi, “Mil, gue sekarang di mana,?” Tanya ku yang belum sepenuhnya sadar, “Elo di UKS, Sep, lo tadi pingsan dan Tian yang ngangkat lo kesini,” tutur Milan,”Tian,? Siapa itu Mil,?”tanyaku dengan nada penasaran, “gue,” jawab lelaki yang duduk di kursi tunggu UKS, saat mengetahui bahwa Tian adalah cowok itu, guepun pingsan lagi dan akirnya di antar pulang oleh Tian pula. Aku merasa tak enak hati padanya, dan akhirnya aku putuskan untuk bicara denganya besok.

Teng,, teng,, teng,, bel istirahat berbunyi, aku begegas mencari Tian untuk menyelesaikan masalah ini, saat aku melewati taman akirnya aku menemukan Tian, saat aku mau mendekatinya tiba-tiba seorang cewek menghampirinya, mereka terlihat sangat akrab, entah mengapa melihat keakraban mereka aku merasa terganggu, aku merasa tidak suka jika Tian bersama seorang wanita, akupun pergi menjauhinya, tanpa terasa air mata membasahi pipiku, aku tak tau arti semua ini, “aduh, kenapa gue pakek nangis segala sih,? Emang Tian siapa gue,? Buat apa gue tangisin dia,?” Aku mencoba menenangkan diriku sendiri. Saat jam pelajaranpun aku masih teringat tentang kedekatan Tian dan cewek tadi, aku masih penasaran dengan status cewek tadi.

Bel pulang berbunyi, aku berjalan melewati koridor sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, “Septi, gimana, udah enakan pa mau pingsan lagi,?” tanyanya meledek. ternyata itu Tian, aku merasa senang mendengar ucapannya, “ah kamu nih, seneng ya kalau aku pingsan,? Eh gimana, urusan uang ganti ruginya,?” tanyaku sambil nyengir tanpa arti, “ooh itu, udah lupain aja, gak apa-apa kok,!”. “emmm, beneran nih,?” tanpa sadar, karena terlalu senang akupun memegang kedua pundaknya dan memeluknya ,

“eh maaf, gak sengaja” kata ku dengan wajah yang memerah karena malu, “iya sanyank gpp kog” aku sempat kaget mendengar kata itu, Tian pun berlalu meninggalkanku yang masih terpaku dengan ucapannya.

Siang itu aku berencana pergi ke toko buku untuk membeli komik terbaru, ternyata Tian juga ada di sana dia pun menghampiriku. Sungguh baru pertama kali ini aku melihatnya tidak di sekolah dan aku baru menyadari bahwa tian adalah cowok yang sangat manis.

Jantung ini terasa berdetak cepat seolah olah orang lain bisa mendengar detakan jantung ini.

“mau cari komik apa Sep,,?” tian pun mengawali pembicaraan.
“ah,, ini mau cari komik if I were you”
Kamipun berbincang-bincang sambil menelusuri deretan buku-buku di toko itu.
“Tiiaaan”
Sebuah suara cewek membuat kami penasaran dan ingin menoleh.
Aku sangat terkejut saat mengetahui itu adalah cewek yang kemarin aku temui di taman sedang bersama tian. kini aku yakin bahwa cewek itu adalah pacar tian.
“ngapain sih kamu di sini, aku tadi ke rumah kamu, kamunya gak ada katanya kamu ke toko buku, aku susulin aja kemari”

Kata cewek itu sambil menggandeng tangan tian.

“maaf ya aku gak bilang dulu ke kamu kalau aku ke toko buku hari ini”

Entah mengapa aku benar-benar benci melihat mereka bersama. Mungkin aku mulai menyukai tian, appa…!!!?? Suka sama tian,,? Ha,ha,ha, itu gak mungkin.

Aku hanya melihat mereka sambil terus bergumul dengan perasaanku sendiri.

Hampir sebulan berlalu. Aku semakin sering bertemu dengan tian. tapi setiap aku dan tian tengah bersama, cewek itu selalu datang dan mengalihkan perhatian cowok itu dariku. Ya,, aku akui memang aku merasa cemburu. Entah mengapa rasa itu harus tumbuh di hatiku.

Siang itu adalah jam pulang sekolah. Saat aku sedang menyusuri koridor untuk mencari Milan tiba-tiba seseorang menarik tanganku. Aku sangan kaget tapi aku menurut saja, hingga aku sadari orang yang menarik tanganku adalah tian. diapun menyuruhku naik ke montornya dan diapun memboncengku meninggalkan sekolah. Aku tak tau pasti dia mau memngajakku kemana yang pasti arahnya berlawanan dengan jalan pulang ke rumahku. Hingga tibalah kami di padang rumput yang luas. Aku belum pernah pergi ke tempat ini, dan aku pun tak tau apa tujuan tian membawaku kemari. Diapun menyuruhku turun dan menarikku ke tengah tengah hamparan ilalang itu. Hari itu memang hampir sore dan pemandangan indah dapat ku nikmati disana.


Tiba-tiba tian memandang lekat mataku seakan ada yang ia mau.


“septi, kamu tau nggak kenapa aku ngajak kamu kesini?”


Tanya tian sambil terus menatap dalam mataku, aku hanya menjawab pertanyaanya dengan menggelengkan kepala.


“aku pengen bilang ke kamu, aku sebenarnya udah suka sama kamu dari dulu”


Aku sangat terkejut mendengar ucapannya itu, tapi disisi lain aku juga menyukainya.


“septi, kamu mau kan jadi pacarku?”


Aku benar-benar tak menyangka, dan seakan-akan aku tak bisa berbuat apa-apa


“septi, aku mohon jawab pertanyaanku”


Belum sempat aku menjawabnya, tiba-tiba suara ponsel tian berbunyi.


Dan kedengarannya itu adalah telfon dari cewek itu, akupun mulai kesal kepada tian, dan akupun pergi meninggalkannya sendiri disana.


“septi,,,,” berkali kali aku mendengar tian memanggilku tapi aku tak menghiraukannya.


Keesokan harinya saat jam pulang sekolah tian menemuiku di kelas.


“septi, maafin aku ya atas kejadian kemarin,? Aku bener-bener menyesal”


“gak apa-apa kok aku ngerti”


dengan senyum kecut aku berlalu ninggalin tian. Dan tianpun berlari mengejarku.


“septi, aku minta maaf,”


“gak ada yang perlu dimaafin kok”


“aku pengen bicara lagi sama kamu, aku mohon kamu akan datang ke tempat kemarin, aku mohon!”


“ya”


Hanya jawaban singkat itulah yang aku berikan, dan aku berlalu meninggalkannya.


Dan sore itupun aku menuruti permintaan tian untuk datang ke tempat kemarin.


Hingga akupun tiba disana, mataku terus menjelajahi setiap sudut ilalang namun tak kutemui tian disana. Akupun memutuskan untuk menunggunya disana. Sudah hampir 3 jam aku menunggunya. Hingga aku menerima pesan darinya yang isinya,






Septi maaf ya aku gak bisa nemuin kamu hari ini, maaf banget. Helen harus cuci darah hari ini, dan aku harus nemenin dia, maaf banget ya.






Aku sangat kecewa setelah membaca pesan itu, lagi-lagi tian lebih memperhatikan cewek itu ketimbang aku.


Akupun menangis di tempat itu, aku benar-benar kecewa kepadanya.


“aku benci kamu tiiiiaaan.. aku gak mau lagi ketemu kamu..!”


Aku berteriak sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa kesal di hati ini.


Akupun pulang kerumah. Dan keesokan harinya disekolah tian memohon mohon padaku untuk menemuinya di tempat kemarin.


Entah mengapa sore itupun aku pergi ke tempat itu. Aku berharap tian tak akan mengecewakanku hari ini.


Namun berjam-jam aku menunggu dan terus menunggu belum juga tian datang kesini. Akupun lelah menunggu, dan akhirnya aku putuskan untuk pulang saja.


Sesampainya di rumah akupun langsung menuju ke kamar dan menangis sambil memeluk boneka kesayanganku. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata itu telfon dari tian. Akupun mengabaikannya berkali-kali dia menelfonku dan aku tetap mengabaikannya. Hingga akhirnya aku berniat untuk mengangkatnya, dengan sangat kesal aku berteriak di telfon itu


“AKUU BENCII KAMUU TIIAN”


Dengan samar-samar aku dapat mendengar tian berusaha bicara dan mengatakan.


“Aku Sayang Kamu Septi”


Dan telfon pun terputus. Ada sedikit keanehan yang aku rasakan, suara tian tak seperti biasa saat itu. Tapi akupun tak memperdulikannya. Tepat jam 7 malam ponselku kembali berbunyi. Dan itu adalah telfon dari tian. akupun mengangkatnya dan aku tetap mengucapkan kata yang sama


“Aku bencii kamu tian”


Namun aku sangat kaget ketika yang menjawabnya adalah seorang wanita.


“maaf mbak, saya adeknya kak tian, kak tian meninggal dalam kecelakaan sore tadi”


“ha,ha,ha, kamu ini bercanda ya?”


Telfonpun mati, aku masih tidak percaya dengan yang dikatakan orang itu.


Mana mungkin tian meninggal, dia baru saja menolfonku dan berkata dia menyayangiku. Ahh mungkin ini hanya lelucon.


Aku terus saja bergumul dengan pikiranku sendiri. Hingga akupun merasa resah dan akhirnya aku putuskan untuk pergi kerumahnya.


Betapa kagetnya aku saat ku tau bendera kuning berkibar di rumahnya akupun masuk dan ku lihat tian telah terbujur kaku tak bernyawa. Aku hanya bisa menangis menangis dan menangis disamping jasadnya. Adik dan ibu tian mencoba menenangkan ku hingga akhirnya akupun pingsan.


Pagi itu aku sangat sulit untuk membuka mata. Ku lihat jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Akupun mencari ponselku dan aku baru sadar tentang kejadian kemarin. Aku mencoba menanyakan pada mama, namun jawaban mama


“tian udah pergi sayang, dia udah tenang di alam sana, kamu tadi malam pingsan dan keluarga tian yang mengantarmu pulang”


Air mata ini kembali menetes, aku sungguh tak bisa mempercayainya.


Hingga aku tersadar tentang padang rumput itu. “yah padang rumput, pasti tian sedang menungguku disana, yah tian menungguku disana, aku yakin itu, aku harus kesana”


Pikirku dalam hati, akupun bergegas pergi kesana.


Setibanya disana aku sangat kagum dengan banyaknya kunang kunang disana, hingga aku memandang pohon yang diterangi kunang kunang terlihat samar, dipohon itu ada sebuah tulisan. Akupun mendekatinya dan meneranginya menggunakan ponselku. Benar saja, di pohon itu memang ada tulisan yang membuatku sangat menyesal telah berkata sejahat itu kepada tian. dipohon itu tertulis AKU SAYANG SEPTI. Air mata ini terus mengalir. Akupun berteriak memanggil nama tian, tian dan tian.


Namun apa daya, tian tak mungkin kembali. kini aku hanya bisa menyesalinya dan menangis di tempat itu, berharap keajaiban akan terjadi dan aku akan mengatakan bahwa aku SANGAT SANGAT DAN SANGAT MENCINTAI TIAN.